BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja
difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia
pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera.
Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.
K3 adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapan
guna mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit yang disebabkan
oleh pekerjaan dan lingkungan kerja. Menurut America Society of safety and
Engineering (ASSE) K3 diartikan sebagai bidang kegiatan yang ditujukan untuk
mencegah semua jenis kecelakaan yang ada kaitannya dengan lingkungan dan
situasi kerja.
Secara umum keselamatan kerja dapat
dikatakan sebagai ilmu dan penerapannya yang berkaitan dengan mesin, pesawat,
alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungan
kerja serta cara melakukan pekerjaan guna menjamin keselamatan tenaga kerja dan
aset perusahaan agar terhindar dari kecelakaan dan kerugian lainnya.
Dalam K3 juga dikenal istilah Kesehatan
Kerja, yaitu : suatu ilmu yang penerapannya untuk meningkatkan kulitas hidup
tenaga kerja melalui peningkatan kesehatan, pencegahan Penyakit akibat kerja
meliputi pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan pemberian makan dan minum
bergizi.
Istilah lainnya adalah Ergonomy yang
merupakan keilmuan dan aplikasinya dalam hal sistem dan desain kerja,
keserasian manusia dan pekerjaannya, pencegahan kelelahan guna tercapainya
pelakasanaan pekerjaan secara baik.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat di
temui di PT. Leang Yang sebagai berikut :
1.
Bagaimana tingkat kebisingan, intensitas
pencahayan serta tingkat suhu dan kelembaban di PT. Leang Yang ?
2.
Apa saja yang bisa menimbulkan potensi
bahaya kecelakaan dalam proses pengolahan bahan baku kayu sampai akhir
pengolahan ?
3.
Upaya apa yang bisa dilakukan untuk
mencegah timbulnya bahaya pada PT. Leang Yang ?
C. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dalam melakukan praktikum
kesehatan dan keselamatan kerja ( K3) di PT. Leang Yang adalah :
1. Untuk
menganalisis tingkat kebisingan, intensitas cahaya serta tingkat suhu dan
kelembaban di PT. Leang Yang.
2. Untuk
menganalisis bahaya apa saja yang berpotensi terjadinya kecelakaan kerja dalam
proses pengolahan.
3. Untuk
mengetahui upaya yang dapat di ambil dalam mencegah terjadinya bahaya
kecelakaan kerja.
D. Manfaat Praktikum
Praktikum ini memberi manfaat untuk
mahasiswa dimana mahasiswa dapat mengetahui dan mempelajari standar-standar
kesehatan dan keselamatan kerja di industri dan untuk perusahaan yang
bersangkutan dapat memberikan masukan akan pencehagahan terjadinya potensi
bahaya kecelakaan kerja di perusahaan.
BAB
II
DASAR
TEORI
A.
Sanitasi Industri dan Kesehatan Keselamatan Kerja
1.
Pengertian
a. Sanitasi Sanitasi menurut WHO, Sanitasi
merupakan suatu usaha untuk mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang
berpengaruh kepada manusia terutama terhadap hal-hal yang mempunyai efek
merusak perkembangan fisik, kesehatan, dan kelangsungan hidup.
b. Sanitasi
adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah
manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya
dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia (Wikipedia, 2012).
c. Industri
adalah bidang matapencaharian yang menggunakan ketrampilan dan ketekunan kerja
(bahasa Inggris: industrious) dan penggunaan alat-alat di bidang pengolahan
hasil-hasil bumi dan distribusinya sebagai dasarnya. Maka industri umumnya
dikenal sebagai mata rantai selanjutnya dari usaha-usaha mencukupi kebutuhan
(ekonomi) yang berhubungan dengan bumi, yaitu sesudah pertanian, perkebunan dan
pertambangan yang berhubungan erat dengan tanah. Kedudukan industri semakin
jauh dari tanah, yang merupakan basis ekonomi, budaya, dan politik (Wikipedia, 2013).
d. Menurut
Sumakmur (1988) kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu
kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/masyarakat
pekerja beserta memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik
fisik, atau mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif,
terhadap penyakit-penyakit/gangguan –gangguan kesehatan yang diakibatkan
faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit
umum.
Keselamatan
kerja sama dengan Hygiene Perusahaan.
Kesehatan kerja memiliki sifat sebagai
berikut :
1) Sasarannya
adalah manusia
2) Bersifat
medis.
e. Keselamatan
kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja,
bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta
cara-cara melakukan pekerjaan (Sumakmur, 1993).
Keselamatan
kerja memiliki sifat sebagai berikut :
1) Sasarannya
adalah lingkungan kerja
2) Bersifat
teknik.
Pengistilahan
Keselamatan dan Kesehatan kerja (atau sebaliknya) bermacam macam ; ada yang
menyebutnya Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hyperkes) dan ada yang
hanya disingkat K3, dan dalam istilah asing dikenal Occupational Safety and
Health.
f. Sanitasi industri atau industrial sanitation adalah
proses untuk membuat bersih di lingkungan industri sehingga dapat hidup sehat
atau The Promotion of Hygiene and The Prevention of Disease by Maintenance of
Sanitary Condition (Webster’s Dictionary, 1978) dalam (Sutomo. AH, 2006). Atau
dengan pengertian lain sanitasi industry sebagai kegiatan promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit melalui pemeliharaan kondisi bersih, sehingga bersifat
promotif dan prefentif dan artinya jauh dari kegiatan kuratif.
B.
Klasifikasi
Industri
1. Klasifikasi
industri menurut departemen perindustrian dan perdagangan (deperding). Deperdingemengelompokan industri
menjadi empat.
a. Industri
kimia dasar, yaitu industri yang mengelola bahan mentah menjadi bahan baku atau
bahan jadi.
b. Industri
mesin dan logam dasar, yaitu industri yang mengelola bahan mentah menjadi bahan
baku atau barang satengah jadi.
c. Aneka
industri,merupakan industri yang menghasilkan beragam kebutuhan konsumen.
d. Klompok
industri kecil, yaitu industri dengan modal modal kecil dan peralatan yang
sederhana.
2. Klasifikasi
industri menurut bahan bakunya.
a. Industri
ekstraktif, yaitu industri yang mengambil bahan baku langsung dari alam.
b. Industri
nonekstratif, yaitu industri yang mengambil bahan bakunya dari industri lain.
c. Industri
fasilitatif, yaitu industri yang menjual jasa untuk keperluan orang lain.
3. Klasifikasi
industri menurut bahan mentahnya.
a.
Industri agraris merupakan industri yang
mengelolah bahan mentah dari hasil pertanian.
b. Industri
nonagraris, yaitu industri yang mengelolah bahan mentah dari hasil
pertambangan.
4. Klasifikasi
industri menurut jumlah tenaga kerja.
a. Industri
besar merupakaan industri yang terdiri atas 100 orang tenaga kerja atau lebih.
b. Industri
sedang merupakan industri yang memiliki jumlah tenaga kerja 20 – 99 orang.
c. Industry
kecil, industri yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 -15 orang
d. Industry
rumah tangga industri yang memiliki jumlah tenaga kerja 1 – 4 orang
5. Klasifikasi
industry menurut produktivitas perorangan dalam industry.
a.
Industri primer, industry yang menghasilkan
barang tanpa pengelolahan yang lebih lanjut.
b.
Industri skunder, adalah industry yang
memerlukan pengelolahan yang lebih lanjut.
c. Industri
tersier, adalah industry yang bergerak dalam bidang jasa.
6. Klasifikasi
industry menurut daerah pemasarannya.
a.
Industry local yaitu industry yang
daerah pemasarannya bersipat local ( tidak di pasarkan keluar daerah pembuatan
industry.
b.
Industry nasional yaitu industry yang
daerah pasarannya bersipat nasional dan di pasarkan keluar daerah pembuatan
industry.
c. Industry
internasional yaitu industry yang daerah pemasarannya sudah mendunia dan
melintas batas Negara.
7. Klasifikasi
industry bedasarkan pemodalannya.
a. PMDH
( penanaman modal dalam Negara )
b. PMA
( penanaman modal asing )
c. Patungan,
penanaman modal gabungan dalam negri dan luar.
8. Klasifikasi
industry menurut hasil produksinya.
a. Industry
berat yaitu industry yang menghasilkan alat alat produksi, mesin mesin, bahan
baku, dan bahan penolong.
b. Industry
ringan yaitu industry yang menggunakan mesin untuk menghasilkan barang jadi.
Contonya industry makanan.
C.
Pengertian
dan
Tujuan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
1. Tujuan
K3
Tujuan
umum dari K3 adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.
Tujuan
hyperkes dapat dirinci sebagai berikut (Rachman, 1990) :
a. Agar
tenaga kerja dan setiap orang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan sehat
dan selamat.
b. Agar
sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya hambatan.
2. Ruang
Lingkup K3
Ruang
lingkup hyperkes dapat dijelaskan sebagai berikut (Rachman, 1990):
a. Kesehatan
dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang di dalamnya
melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat kerja dan usaha
yang dikerjakan.
b. Aspek
perlindungan dalam hyperkes meliputi :
1) Tenaga
kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian
2) Peralatan
dan bahan yang dipergunakan
3) Faktor-faktor
lingkungan fisik, biologi, kimiawi, maupun sosial.
4) Proses
produksi
5) Karakteristik
dan sifat pekerjaan
6) Teknologi
dan metodologi kerja
c. Penerapan
Hyperkes dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan hingga perolehan hasil
dari kegiatan industri barang maupun jasa.
d. Semua
pihak yang terlibat dalam proses industri/perusahaan ikut bertanggung jawab
atas keberhasilan usaha hyperkes
D.
Ergonomi
Dan Ruang Lingkupnnya
1.
Pengertian
a.
Egonomi sering disebut Human Factor
Engineering, suatu ilmu yang mengatur bagaimana manusia bekerja.
b.
Ergonomi atau Ergonomic (bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata Yunani
yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti aturan atau hukum.
c.
Ergonomi mempunyai berbagai batasan arti, di
Indonesia disepakati bahwa Ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang
berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau
sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktifitas dan efisiensi yang
setinggi-tingginya melalui pemanfaatan manusia seoptimal mungkin (Nurmianto,
1996).
d.
Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang
mempelajari perancangan pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan oleh manusia,
sistem orang dan mesin, peralatan yang dipakai manusia agar dapat dijalankan
dengan cara yang paling efektif termasuk alat – alat peragaan untuk memberi
informasi kepada manusia. (Sutalaksana :"Teknik Tata Cara Kerja”).
2.
Ruang Lingkup
Sedangkan Ruang
lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi:
a. Teknik
b. Pengalaman psikis
c. Anatomi, utamanya yang
berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendian.
d. Anthropometri
e. Fisiologi, terutama
berhubungan dengan temperatur tubuh dan aktivitas otot.
E. Cakupan Dari Ergonomi Di Industri
Ruang lingkup ergonomi yang mencangkup antara pekerja
dan lingkungan yang ada di industry, salah satunya Penerapan ilmu pengetahuan
yang berkaitan kinerja manusia (fisiologi, psikologi, dan industri rekayasa)
memperbaiki sistem kerja, yang terdiri dari orang tersebut, pekerjaan, alat dan
peralatan, tempat kerja dan ruang kerja, dan lingkungan sekitarnya.
- Desain, modifikasi, penggantian dan pemeliharaan
peralatan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas produk.
- Desain dan modifikasi ruang kerja serta tata
letak tempat kerja untuk kemudahan dan kecepatan operasi, pelayanan dan
pemeliharaan.
- Desain dan modifikasi metode kerja, termasuk
otomatisasi dan alokasi tugas antara operator (manusia) dan mesin.
- Perancangan kondisi lingkungan fisik kerja yang
mampu memberikan kenyamanan, keamanan/keselamatan dan kesehatan kerja bagi
manusia untuk meningkatkan motivasi kerja, kualitas lingkungan kerja dan
produktivitas.
a.
Faktor fisik dari lingkungan kerja:
1)
Kebisingan: 85 dBA.
2)
Iklim Kerja: suhu kering (24-26 oC),
suhu basah (21-30 oC), Kelembaban (65-95 %).
3)
Getaran: 4-5 Hz untuk organ perut dan
tulang belakang sedangkan 40-80 Hz untuk
ketajaman mata.
F. Pencahayaan
1.
Persyaratan
Intensitas cahaya di ruang
kerja sebagai berikut :
JENIS KEGIATAN
|
TINGKAT PENCAHAYAAN
MINIMAL (LUX)
|
KETERANGAN
|
Pekerjaan kasar dan tidak terus menerus
|
100
|
Ruang penyimpanan & ruang peralatan/instalasi
yang memerlukan pekerjaan yang kontinyu.
|
Pekerjaan kasar & terus menerus
|
200
|
Pekerjaan dengan mesin dan perakitan kasar.
|
Pekerjaan rutin
|
300
|
R. administrasi, ruang kontrol, pekerjaan mesin
& perakitan/ penyusun.
|
Pekerjaan agak halus
|
500
|
Pembuatan gambar atau berkerja dengan mesin kantor
pekerja pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin.
|
Pekerjaan halus
|
1000
|
Pemilihan warna, pemrosesan tekstil, pekerjaan
mesin halus & perakitan halus
|
Pekerjaan amat halus
|
1500
Tidak menimbulkan
bayangan
|
Mengukir dengan tangan, pemeriksaan pekerjaan
mesin dan perakitan yang sangat halus
|
Pekerjaan terinci
|
3000
Tidak menimbulkan
bayangan
|
Pemeriksaan pekerjaan, perakitan sangat halus
|
2.
Tata
Cara
a.
Pengertian
Pencahayaan
adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan secara efektif.
b.
Tata
cara pelaksanaan
Agar
pencahayaan memenuhi persyaratan kesehatan perlu dilakukan tindakan sebagai berikut
:
A.
Pencahayaan
alam maupun buatan diupayakan agar tidak menimbulkan kesilauan dan memilki
intensitas sesuai dengan peruntukannya.
B.
Kontras
sesuai kebutuhan, hindarkan terjadinya kesilauan atau bayangan.
C.
Untuk
ruang kerja yang menggunakan peralatan berputar dianjurkan untuk tidak
menggunakan lampu neon.
D.
Penempatan
bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang optimum dan bola lampu sering
dibersihkan.
E.
Bola lampu yang mulai tidak berfungsi
dengan baik segera diganti.
G. Kebisingan
1.
Persyaratan
Tingkat pajanan kebisingan maksimal
selama 1 (satu) hari pada ruang proses adalah sebagai berikut :
No.
|
TINGKAT KEBISINGAN
(dBA)
|
PEMAPARAN
HARIAN
|
1.
|
85
|
8 jam
|
2.
|
88
|
4 jam
|
3.
|
91
|
2 jam
|
4.
|
94
|
1 jam
|
5.
|
97
|
30 menit
|
6.
|
100
|
15 menit
|
2.
Tata
Cara
a.
Pengertian
Kebisingan
adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu atau
membahayakan kesehatan.
b.
Tata
cara pelaksanaan
Agar
kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan perlu diambil tindakan
sebagai berikut :
1)
Pengaturan
tata letak ruang harus sedemikian rupa agar terhindar dari kebisingan.
2)
Sumber
bising dapat dikendalikan dengan beberapa cara antara lain: meredam, menyekat,
pemindahan, pemeliharaan, penanaman pohon, peninggian tembok, membuat bukit
buatan, dan lain-lain.
3)
Rekayasa
peralatan (engineering control).
H. Nilai Ambang Batas
Iklim Kerja
INDEKS SUHU BASAH DAN BOLA (ISBB)
YANG DIPERKENANKAN
Pengaturan waktu kerja setiap jam
|
ISSB
( oC )
|
Beban Kerja
|
Waktu Kerja
|
Waktu Istirahat
|
Ringan
|
Sedang
|
Berat
|
Bekerja terus menerus
|
-
|
30,0
|
26,7
|
25,0
|
(8 jam/hari)
|
75% kerja
|
25% istirahat
|
30,6
|
28,0
|
25,9
|
50% kerja
|
50% istirahat
|
31,4
|
29,4
|
27,9
|
25% kerja
|
75% istirahat
|
32,2
|
31,1
|
30,0
|
Indeks Suhu Basah dan Bola
untuk di luar ruangan dengan panas radiasi :
ISBB : 0,7 Suhu basah alami
+ 0,2 Suhu bola + 0, I Suhu kering.
lndeks Suhu Basah dan Bola
untuk di dalam atau di luar ruangan tanpa panas radiasi: ISBB = 0,7 Suhu basah
alami + 0,3 Suhu bola.
Catatan:
1.
Beban
kerja ringan membutuhkan kalori 100 -200 Kilo kalori/jam.
2.
Beban
kerja sedang membutuhkan kalori > 200 -350 Kilo kalori/jam.
3.
Beban
kerja berat membutuhkan kalori > 350 -500 Kilo kalori/jam.
J. Proses Pengolahan
1.
Penggergajian kayu
Bahan baku kayu tersedia
dalam bentuk kayu gelondongan sehingga masih perlu mengalami penggergajian agar
ukurannya menjadi lebih kecil seperti balok atau papan. Pada umumnya,
penggergajian ini menggunakan gergaji secara mekanis atau dengan gergaji besar secara
manual. Proses ini menimbulkan debu yang sangat banyak dan juga menimbulkan
bising.
2.
Penyiapan Bahan Baku
Proses ini dilakukan
denganmenggunakan gergaji baik dalam bentuk manual maupun mekanis, kampak,
parang, dan lain-lain. Proses ini juga menghasilkan debu terutama ukuran yang
besar karena menggunakan mata gergaji atau alat yang lainnya yang relatif kasar
serta suara bising.
3.
Penyiapan Komponen
Kayu yang sudah dipotong
menjadi ukuran dasar bagian meubel, kemudian dibentuk menjadi komponen-komponen
meubel sesuai yang diinginkan dengan cara memotong, meraut, mengamoplas,
melobang, dan mengukir, sehingga jika dirakit akan membentuk meubel yang indah
dan menarik.
4.
Perakitan dan
Pembentukan
Komponen meubel yang sudah
jadi, dipasang dan dihubungjan satu sama lain hingga menjadi meubel. Pemasangan
ini dilakukan dengan menggunakan baut, sekrup, lem, paku ataupun pasak kayu
yang kecil dan lain-lain untuk merekatkan hubungan antara komponen.
5.
Penyelesaian Akhir
Kegiatan yang dilakukan pada
penyelesaian akhir ini meliputi: (1) Pengamplasan / penghalusan permukaan
meubel, (2) pendempulan lubang dan sambungan, (3) pemutihan meubel dengan H2O2, (4)
pemlituran atau “sanding sealer”, (5) pengecatan dengan “wood stain” atau bahan
pewarna yang lain, dan (6) pengkilapan dengan menggunakan melamic clear. Pada
bagian ini menimbulkan debu kayu dan bahan kimia serta pewarna yang tersedia di
udara, seperti H2O2, sanding sealer, melamic clear,
dan wood stain yang banyak menguap dan beterbangan di udara, terutama
pada penyemprotan yang menggunakan sprayer.
BAB
III
METODOLOGI
PRAKTIKUM
A.
Tempat
dan Waktu Observasi
1.
Tempat
Observasi dilaksanakan di
Industri Kayu PT. Leang Yang Kelurahan Wani Kecamatan Palu Utara
2.
Waktu
Observasi dilaksanakan pada
Hari/ Tanggal: Jum’at, 18 Januari 2013, pukul 01:30 WITA sampai dengan selesai.
B.
Prosedur
Kerja
1.
Kebisingan
a.
Hidupkan
alat,
dengan menekan tombol ON
b.
Arahkan
mikrofon kearah sumber bising
c.
Baca
dan catat hasil display
d.
Lakukan
pencatatan tiap 5 detik selama 10 menit
e.
Setelah selesai tekan tombol OFF
2.
Pencahayaan
a.
Hidupkan
alat dengan menekan tombol
ON
b.
Photo
cell dihadapkan sumber cahaya
c.
Lakukan
pencatatan hasil display pada masing-masing titik sebanyak sembilan titik dalam
satu ruangan.
d.
Setelah selesai tekan tombol OFF
3.
Suhu
/ kelembaban
a.
Hidupkan
alat
dengan menekan tombol ON
b.
Lakukan
pencatatan hasil display pada masing-masing data dari BH, BS, GLOBO, TGBHi,
TGBHe, HR dan IC.
c.
Lakukan
pencatatan sebanyak sembilan titik dalam satu ruangan.
d.
Setelah selesai tekan tombol OFF
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Kebisingan
Tabel Pengukuran Kebisingan 10 Menit Rentang Waktu
Lokasi : Pt. Leang Yang Wani
Detik
ke – 5
|
Menit
ke – 1
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
1
|
90,2
|
98,3
|
92,5
|
7,74
|
80,2
|
97,5
|
86,2
|
81,3
|
84,5
|
83,4
|
2
|
82,0
|
80,7
|
77,7
|
77,2
|
79,1
|
89,9
|
82,9
|
78,2
|
79,0
|
95,5
|
3
|
84,1
|
86,9
|
90,3
|
78,1
|
79,5
|
81,6
|
97,3
|
85,9
|
89,0
|
90,1
|
4
|
80,7
|
96,9
|
83,2
|
80,6
|
81,8
|
90,3
|
90,7
|
94,5
|
95,1
|
80,9
|
5
|
80,8
|
89,9
|
90,6
|
82,8
|
81,8
|
80,3
|
79,0
|
78,2
|
80,7
|
79,9
|
6
|
76,4
|
81,5
|
80,1
|
80,1
|
74,8
|
75,6
|
76,8
|
76,7
|
87,0
|
78,9
|
7
|
80,7
|
73,8
|
72,9
|
73,8
|
84,5
|
75,1
|
80,0
|
85,7
|
78,8
|
81,6
|
8
|
78,8
|
82,6
|
77,9
|
79,6
|
79,5
|
80,6
|
79,1
|
92,0
|
98,3
|
80,5
|
9
|
89,2
|
81,3
|
79,5
|
78,6
|
80,1
|
80,3
|
80,0
|
78,9
|
81,5
|
82,3
|
10
|
79,3
|
79,9
|
82,8
|
90,6
|
80,3
|
80,6
|
93,2
|
91,2
|
76,1
|
75,5
|
11
|
78,9
|
83,5
|
78,9
|
77,8
|
74,5
|
78,9
|
74,8
|
79,5
|
81,6
|
79,3
|
12
|
80,2
|
98,8
|
78,2
|
86,7
|
88,8
|
78,9
|
82,3
|
80,4
|
82,9
|
79,4
|
Leq
|
85,6
|
90,5
|
85,8
|
85
|
84
|
90,1
|
89,8
|
88,3
|
88,8
|
88,8
|
PENYELESAIAN :
1. Leg
= Lmax – {1/3(Lmax – Lmin)}
=
90,2– {1/3(90,2–76,4)}
=
90,2– 1/3 (13,8)
=
90,2– 4,6
=
85,6
|
2.
Leg = Lmax – {1/3(Lmax
– Lmin)}
=
98,8 – {1/3(98,8 – 73,8)}
=
98,8 – 1/3 (25)
=
98,8 – 8,3
=
90,5
|
3. Leg
= Lmax – {1/3(Lmax – Lmin)}
=
92,5 – {1/3(92,5 – 72,5)}
=
92,5 – 1/3 (20)
=
92,5 – 6,7
=
85,8
|
4.
Leg = Lmax – {1/3(Lmax
– Lmin)}
=
90,6 – {1/3(90,6 – 73,8)}
=
90,6 – 1/3 (16,8)
=
90,6 – 5,6
=
85
|
5. Leg
= Lmax – {1/3(Lmax – Lmin)}
=
88,8 – {1/3(88,8–74,5)}
=
88,8– 1/3 (14,3)
=
88,8– 4,8
=
84
|
6.
Leg = Lmax – {1/3(Lmax
– Lmin)}
=
97,5 – {1/3(97,5 –75,1)}
=
97,5 – 1/3 (22,4)
=
97,5 – 7,4
=
90,1
|
7. Leg
= Lmax – {1/3(Lmax – Lmin)}
=
97,3 – {1/3(97,3 – 74,8)}
=
97,3 – 1/3 (22,5)
=97,3
– 7,5
=
89,9
|
8.
Leg = Lmax – {1/3(Lmax
– Lmin)}
=
94,5 – {1/3(94,5 –76,7)}
=
94,5 – 1/3 (18,8)
=
94,5 – 6,2
=
88,3
|
9. Leg
= Lmax – {1/3(Lmax – Lmin)}
=
95,1 – {1/3(95,1 –76,1)}
=
95,1 – 1/3 (19)
=
95,1 – 6,3
=
88,8
|
10. Leg
= Lmax – {1/3(Lmax – Lmin)}
=
95,5 – {1/3(95,5 –75,5)}
=
95,5 – 1/3 (20)
=
95,5 – 6,7
=
88,8
|
HASIL
PERHITUNGAN AKHIR (LEQ)
Menit
ke – 10
|
Jam
ke – 1
|
1
|
1
|
85,6
|
2
|
90,5
|
3
|
85,8
|
4
|
85
|
5
|
84
|
6
|
90,1
|
7
|
89,8
|
8
|
88,3
|
9
|
88,8
|
10
|
88,8
|
Leg = Lmax
– {1/3(Lmax – Lmin)}
= 90,5 – {1/3(90,5–84)}
= 90,5 – 1/3 (6,5)
= 90,5 – 2,1
= 88,4
2.
Pencahayaan
Tabel Hasil Pengukuran Pencahayaan
Di Pt. Leang Yang
Tanggal : 18
Januari 2013
Jam : 01.00
WITA
Tempat : Pt. Leang Yang
No.
|
Titik
|
Ruang
Pengukiran
|
Tempat
Pengamplasan
|
Tempat
Pengecetan
|
Pemotongan
Kayu Kecil
|
Pemotongan
Kayu Besar
|
Ket
|
1.
|
1
|
0,28
|
0,15
|
0,21
|
0,24
|
0,16
|
Lux
|
2.
|
2
|
0,15
|
0,20
|
0,15
|
0,26
|
0,28
|
Lux
|
3.
|
3
|
0,15
|
0,18
|
0,32
|
0,23
|
0,48
|
Lux
|
4.
|
4
|
0,14
|
0,16
|
0,18
|
0,23
|
0,20
|
Lux
|
5.
|
5
|
0,12
|
0,12
|
0,14
|
0,31
|
0,30
|
Lux
|
PENYELESAIAN
:
a.
Ruang Pengukiran
=
0,168
=
0,17
b.
Ruang Pengamplasan
=
0,16
c.
Ruang Pengecetan
=
0,16
d.
Ruang Pemotongan Kayu Kecil
=
0,26
e.
Ruang Pemotongan Kayu Besar
=
0,28
3. Suhu dan Kelembaban
Tabel Hasil Pengukuran Suhu Dan
Kelembaban
Di Pt. Leang Yang
Tanggal : 18 Januari 2013
Jam :
01.00 WITA
Tempat : Pt. Leang Yang
ISBB
|
Ruangan
|
Ket
|
Pengukiran
|
Pemotongan
Kayu Besar
|
Finishing
|
|
BH
|
33,0
|
33,2
|
31,3
|
OC
|
BS
|
33,0
|
33,3
|
32,2
|
OC
|
GLOBAL
|
36,1
|
34,7
|
32,5
|
OC
|
TGBHi
|
33,5
|
33,6
|
31,6
|
OC
|
TGBHe
|
33,3
|
33,4
|
31,5
|
OC
|
I.C
|
41
|
43
|
41
|
OC
|
HR
|
67
|
68
|
72
|
%
|
a.
Ruang Pengukiran
ISBB = 0,7 X (GBHE) + 0,3 X (I.C)
= 0,7 X (33,3) + 0,3 (41)
= 23,3 + 12,3
= 35,6
b. Ruang
Pemotongan Kayu Besar
ISBB
= 0,7 X (GBHE) + 0,3 X (I.C)
= 0,7 X (33,4) + 0,3 (43)
= 23,3 + 12,9
= 36,2
c. Ruang
Finishing
ISBB =
0,7 X (GBHE) + 0,3 X (I.C)
= 0,7 X (31,5) + 0,3 (41)
=
22,0 + 12,3
=
34,3
B.
Pembahasan
PT. Leang Yang merupakan suatu usaha
yang beroprasi pada tahun 1995 hingga sampai sekarang dengan luas area
perusahaan ± 2 ha dengan jumlah karyawan 86 orang. PT. Leang Yang ini merupakan
perusahaan kayu yang mengolah kayu gelondongan menjadi bahan siap pakai yaitu
bahan properti rumah tangga yang trediri dari lemari, kursi, meja, tempat tidur
dan berbagai macam jenis lainnya.
PT. Leang Yang merupakan tempat
praktikum yang dituju untuk mengetahui kesehatan dan keselamatan kerja di PT.
Leang Yang tersebut. Pada praktikum ini dilakukan 3 jenis pengukuran, yakni
pengukuran kebisingan, pencahayaan dan suhu kelembaban. Hasil akhir pengukuran
kebisingan yang didapat melebihi NAB yakni 88,4. Kebisingan yang melebihi ini
dapat nmenyebabkan gangguan pada pekerja, dapat menimbulkan ketulian. Untuk
pencahayaan kurang dari NAB. Pencahayaan yang kurang dapat menyebabkan
kelelahan mata bagi pekerja. Sedangkan untuk suhu melebihi NAB, ini dapat
menyebabkan menurunnya kemampuan fisik tubuh dan dapat menyebabkan keletihan, sedangkan
kelembaban telah memenuhi syarat.
Proses pengolahan kayu yang ada di
industri PT. Leang Yang yang dimulai dari proses penggergajian, penyiapan bahan
baku, penyiapan komponen, perakitan dan pembentukan, penyelesaian akhir dan
terakhir pengepakan. Karakteristik pekerjaan di industri PT. Leang Yang umumnya
proses angkat-angkut, posisi duduk dan berdiri, membutuhkan ketelitian yang
cukup tinggi. Berinteraksi dengan benda
taja, terpapar debu, bising. Untuk itu desain tempat kerja di industri PT.
Leang yang akan sangat berpengaruh bagi kinerja karyawan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
PT. Leang Yang merupakan tempat
praktikum yang dituju untuk mengetahui kesehatan dan keselamatan kerja di PT.
Leang Yang tersebut. Pada praktikum ini dilakukan 3 jenis pengukuran, yakni
pengukuran kebisingan, pencahayaan dan suhu kelembaban. H asil akhir pengukuran
kebisingan yang didapat melebihi NAB yakni 88,4. Kebisingan yang melebihi ini
dapat nmenyebabkan gangguan pada pekerja, dapat menimbulkan ketulian. Untuk
pencahayaan kurang dari NAB. Pencahayaan yang kurang dapat menyebabkan
kelelahan mata bagi pekerja. Sedangkan untuk suhu melebihi NAB, ini dapat
menyebabkan menurunnya kemampuan fisik tubuh dan dapat menyebabkan keletihan,
sedangkan kelembaban telah memenuhi syarat.
Dan kondisi sanitasi yang ada di PT.
Leang Yang telah memenuhi syarat. Namun konstruksi bangunan belum memenuhi
syarat.
B.
Saran
Diharapkan untuk
pihak perusahaan untuk menerapkan K3 yang
sebenarnya, dan komitmen yang sudah dibangun bersama sebaiknya
dijalankan dengan semestinya.